Buffon telah Melakukan 'Kebodohan' yang Bajik

foto:tribunnews.com

Juventus belum selesai dari Liga Champion. Hampir selesai, betul. Ia dikalahkan dikandang sendiri Allianz Stadium dengan skor telak 0-3 dari Real Madrid. Satu-satunya jalan untuk memenangkan leg ke-2 dan lolos ke fase berikut adalah keajaiban, bukan strategi pelatih,  teknik dan fisik pemain, nyanyian tifosi storia di un grande amore, bahkan keberpihakan wasit.

Saya membenci Real Madrid, Ronaldo, dan Marcelo sebagai diaspora Juventini sebab mereka menghancurkan asa La Vecchia Signora. Apalagi gol kedua Ronaldo yang dinilai sebagi gol terbaik sepanjang masa di Liga Champion. Mungkin tidak, tetapi banyak orang mengatakan demikian saat ini. Gol itu menyakitkan. Gol itu menghancurkan kepercayaan diri Chiellini, Barzagli,  dan Buffon sebagi punggawa terbaik Timnas Italia yang pernah menjuarai Piala Dunia. Oleh karena itu, Buffon, tim Juventus, dan Juventini patut memiliki kebencian yang sama.

foto:Goal.com

Tetap tidak, Juventini memberikan standing ovation setelah gol akrobatik itu. Barzagli mengatakan gol sejenis itu seharusnya hanya ada dalam play station. Dan Buffon,  setelah pertandingan selesai,  ia mendatangi Ronaldo dan megacungkan ibu jarinya. Hal ini malah membuat Madridista jumawa. Standing ovation Juventini, pujian Barzagli, dan acungan jempol Buffon dianggap sebagai sikap sadar diri bahwa Juventus adalah tim lemah dan Real Madrid itu penguasa.

Anggap saja jempol Buffon itu hal bodoh. Bagaimana mungkin ia harus memuji lawan yang baru saja menghancurkannya. Lalu, pendukung tim lawan menjadikan itu sebagai refrensi menjadi angkuh. Tetapi itu 'kebodohan' yang bajik yang kita sebut kerendahan hati. Ini alasan Buffon dipilih jadi pemimpin di lapangan, dicintai dan disegani lawan. Lawan-lawannya mendoakan ia bisa mengangkat trofi Liga Champion sebelum pensiun. Hal paling luar biasa adalah saat lawan jatuh cinta dan mendoakan yang terbaik untukmu.

Seperti itukah seharusnya hidup?  Kompetisinya mungkin tak harus sama dengan sepak bola. Tetapi kita harus melihat Buffon pagi kemarin agar dicintai dalam hidup. Ia sudah memenangkan banyak hal dalam hidupnya. Tetapi suatu saat seseorang akan mengalahkannmu dan kamu harus sudah siap untuk itu. Toh, kemenangan memberikan kemulian dan kekalahan memberikan banyak pelajaran. Kita hanya harus memiliki kerendahan hati, 'kebodohan' yang bajik itu.

Sudah siapkah kita untuk kalah?

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

RAHASIA KUBUR BATU DI KAMPUNG NUABARI

Ngada Tidak Sepenuhnya Seperti yang Anda Kenal-Ogi: Pesona Air Terjun Flores (2)